Tuesday, October 27, 2009

[Pilosopi Bodoh] Sepeda

29 komentar



Jreng jreng jrenggg.....
Sepeda. Iya sepeda. (Yang dimaksud dengan sepeda dipostingan ini adalah, sepeda seperti dalam gambar, sepeda yang mirip dengan gambar, dan sejenisnya yang kesejenisannya tidak disahkan oleh Undang-undang).

Saya cukup berterimakasih atas jasanya (sepeda) yang selalu berhasil menghantarkan tubuh ini dari rumah hingga ke sekolah, tatkala SMA dulu. Masih teringat, betapa kecewanya dia (sepeda itu) tatkala suatu waktu saya berhenti memakai jasanya kesekolah. Bukan karena apa-apa sih, saya hanya sedih, kecewa dan muak kepada beberapa teman. Waktu itu ada teman sekolah yang dengan sengaja menyenggol sepeda (lama) saya, memamerkan motor barunya itu. Tapi, what a hell, this is me... pria bersepeda.... Aku hanya muak dengan sikap orang seperti itu, tetapi tidak muak dengan sepedaku. Aku kembali mengelus-elusnya, mencucinya, meminyakinya, mem-pilox-kan namaku di situ, dengan huruf jepang Hiragana yang saya pelajari secara otodidak). Watashi wa nihongo ga dekimasen. (Maafkan saya kalo tulisannya salah) Hehe7x...


Ada salah satu Pilosopi yang saya suka dari sepeda. Bannya. Bannya yang cuma dua itu. Yang dibelakang selalu percaya untuk mengikuti yang di depan, yang dibelakang pasti selalu menjawab kepercayaan yang dibelakang dengan baik. Dua-duanya memiliki kecepatan yang sama, tak pernah terlalu lambat dan tak pernah terlalu cepat.

Melakukan tugasnya di posisnya masing-masing... dengan baik...!

Manusia, ada juga yang dalam hal seperti itu saja gagal. Selalu ingin menyerobot posisi depan panggung. Tidak masalah sih, asal jangan meninggalkan posisi ban belakangnya kosong, tak bisa dipungkiri, manusia selalu berusaha meraih yang terbaik, tapi sebaiknya jangan menggunakan cara menyerobot.....

Menyerobot? Contoh lain...
Ada manusia yang mungkin sudah memiliki posisi sebagai istri seseorang (ban belakang), namun masih saja menyerobot istrinya orang lain (ban depan)...

Saya, yang masih muda belia ini, berharap bisa seperti ban sepeda itu jika berkeluarga nanti. Selalu bersama-sama, dalam suka dan duka, meski tak selalu begitu secara badaniah. Namun hati ini selalu dekat dengan(hati)nya...!!

Semoga suatu saat, saat saya berkeluarga, saya masih teringat postingan ini, dan berhasil seperti postingan ini, sekaligus masih memostingnya disini... ^^


Fotonya diambil dari sini.

Sunday, October 25, 2009

Failed...!!!

17 komentar



Saya sering melakukan kesalahan dalam kehidupan saya, dan kesalahan itu sering berbuah kegagalan, namun kegagalan tak pernah berbuah keputusasaan buat saya...


Saya, tidak tahu menahu cukup banyak tentang kesalahan dan kegagalan....
Tapi saya akan terus mencoba...
Sampai kapan?
"... untill i make it right...!"

Gambar dari sini.

Thursday, October 22, 2009

[Pilosopi Bodoh] Perahu Layar

15 komentar




Kita semua tahu Kapal Layar atau Perahu Layar itu apa, Perahu Layar adalah (sambil menunjuk-nunjuk ke papan tulis bergmbar Perahu Layar), Perahu yang memanfaatkan kekuatan dan arah angin untuk berlayar, atau berpindah tempat (didalam laut, air, danau dsbnya yg mengandung air, halah). Sekedar nasehat, jika nanti ujian Bahasa indonesia di cekolah nanti, tolong jangan gunakan definisi ini untuk menjelaskan Perahu Layar. Saya ragu anda akan menambahkan dibelakangnya begini... ".. disadur dari [hanya blog] Pilosopi Bodoh. :D


Dan karena ketergantungannya pada angin, dan kombinasinya dengan ke-tidak-berhak-annya untuk memerintah angin, maka Perahu Layar itu harus di atur sedemikian rupa agar bisa sampai ke tempat yang di tuju. Gak lucu kan misalnya ada berita di koran ato tipi begini... "Perahu Layar Naga Emas itu awalnya mau berlayar ke Maerika, tapi apa daya, angin malah membawanya ke Equador...", atao lebih singkat mungkin headlinenya begini, "Perahu Layar Naga Emas: Nyasar ke Equador..!" (Eh, Equador itu pake Q apa K sih?)

Nah... ada Kapal layar itu ada juga Pilosopi [bodoh] nya:
Kita memang tak bisa memaksa angin berhembus kemana, berhembus sekeras apa, dan berhembus kapan saja.... Tapi kita (Nakhoda) bisa mengatur layar dan kemudi supaya sampai ke tujuan...

(betapa hebatnya para Pelayar zaman dulu...!)
Yah, kita sebagai Perahu Layar (manusia), memang tak bisa mengatur kapan masalah itu datang, bagaimana masalah itu datang, sekeras apa masalah itu datang, tapi kita bisa mengatur kemana masalah itu membawa kita.

Saya jadi ingat sebuah Quote yang pernah saya tuliskan di dinding kereta api (ekonomi) Penataran, tatkala saya pagi-pagi buta itu harus naik kereta api ini dari Surabaya ke Malang...

Dengan sedikit cahaya, ditemani ngoroknya beberapa orangtua, nafas bau, dan aroma-aroma hasil tani para penumpang yang naik dari Stasiun Bangil.... aku menggoreskan ini dengan memanfaatkan ketajaman kawat pengikat hasil tani itu.

Masalah... (whatever remain, whatever it takes) hanyalah sebuah sinonim kalau Beliau, Sang Penguasa Hidup, sedang mempercayakan kekuatan yang lebih besar kepada kita (yang menerima masalah)...!

ttd Pilo

(Jangan tanya waktu itu tulisannya warna apa, karena saya bingung warna apa cat yang terkoyak itu...!) :P


Poto Gagah itu di ambil dari sini